Wednesday 31 December 2014

A Trip with Aggi and Sharesprings

Last November in 2014 (which is like... 2 er.. 3 months ago), two of my bands, Aggi and Sharesprings, went together for a one night gig in Singapore. The gig was held by Collin's very own Waterfall Records SG. Also playing at Blu-Jaz Cafe, Singapore, that night was the great Ferns from Malaysia.

Sharesprings - Fix Your Eyes on (Live at Popkiss 2014) by Mamet:



Sharesprings - Pocketguide (Live at Popkiss 2014) by Mamet:



Sharesprings (Live at Popkiss 2014) by Matstodon:



Sharespring - Maydear (Live at Popkiss 2014) by Az Stellarium:




Aggi - The Pains of Being Stupid at Heart (Live at Popkiss 2014) by Ucji:



Aggi - Television Personalities (Live at Popkiss 2014) by Ucji:



Aggi - Sunshine Proves All Wrongness (Henry's Dress Cover, Live at Popkiss 2014) by Ucji:




Tuesday 2 December 2014

Heavenly Option!

Heavenly Option is a DIY punk label that focus on the sweet melody of pop songs. One of my good friends, Tiok, decided to operate the label a few months ago, just for the sake of his own happiness and also his love for the 3-inch CD releases.

For mailing and order info: http://hvnlyoption.blogspot.com/


Here’s a few Heavenly Option’s releases. So far…..







Sunday 5 October 2014

Saya Suka Kaset! 🎼🎵

Sejak kecil saya sudah terbiasa mendengarkan berbagai macam musik. Terutama saat saya tinggal di rumah kakek di Blitar, Jawa Timur, semasa SD. Di sana, musik yang diputar begitu acak dan berwarna. 

Dua orang paman (adik Ibu) saya saja sudah beda selera. Yang satu sok jazzy, yang satu lagi into new wave atau heavy metal lokal. Adik Ibu saya yang bungsu (Tante saya), tergila-tergila pada penyanyi ‘tampan’ macam Tommy Page, Jason Donovan atau Rick Astley. Tante saya yang satu lagi, karena dia guru TK, kadang membuat saya mendengarkan pengajian KH Zainuddin MZ atau lagu-lagu anak materi ajarannya. Belum lagi, kebiasaan Kakek saya yang rutin memutar kaset gamelan atau rekaman lomba burung perkutut (katanya sih untuk memancing burung-burung perkutut di rumahnya untuk ikut ‘bernyanyi').


Nah, jadilah masa kecil saya di Blitar selain latihan Pramuka atau memberi makan ratusan ayam dan burung peliharaan Kakek adalah, mengubrak-abrik isi kamar Oom dan Tante, terutama, tumpukan kaset-kaset mereka. Ada beberapa kaset yang menurut saya cukup berkesan dalam hidup sampai sekarang. Beberapa kaset-kasetnya...



1) Kaset Kompilasi “Pop Is Dead”
Ini punya Oom saya yang sok-sokan suka jazz tadi. Karena terlihat jarang diputar dan selalu ada di tumpukan terbawah dalam kardus, saya penasaran. Artwork-nya (seingat saya) adalah foto muka anak kecil/bayi, dengan warna paling dominan kuning. Isi kompilasi ini, yang paling saya ingat adalah Radiohead, Blur, Morrissey, Edwyn Collins, Beastie Boys, dan Lenny Kravitz. Sisanya saya tak ingat lagi. 

Karena saya masih kelas 5 SD saat itu, jelas saya tidak tahu siapa nama-nama tadi. Baru ketika saya 'dipulangkan' ke Bekasi, masuk SMP dan mendapat asupan majalah remaja dari Ibu, baru saya mulai paham siapa nama-nama tersebut. Sepertinya kaset ini hilang entah kemana saat saya sudah mulai kenal file mp3 di jaman kuliah. Sayang sekali.

https://www.discogs.com/Various-Pop-Is-Dead-The-Essential-Alternative-Album/release/8689220


2) Kaset soundtrack Ksatria Baja Hitam!
Kaset ini punya Pandu, adik saya. Saat saya SD, kami terpisah. Saya di Blitar dan dia di Jakarta. Tiap dia dan orang tua saya berlibur ke Blitar (atau sebaliknya, saya yang berlibur ke Jakarta), Pandu selalu punya kaset baru dari soundtrack serial favorit ini. Jujur saja, saya yang saat itu bocah ndeso, nggak pernah melihat stasiun TV lain diluar TVRI atau TVRI Dua. Jadi, saat itu saya tidak paham kenapa Kotaro Minami begitu nge-hits sampai Pandu harus ikutan belah tengahin rambut dan memakai sarung tangan supaya mirip. Maklum, saya memang lumayan telat dalam menyadari betapa kerennya Ksatria Baja Hitam, yaitu saat sudah kelas 6 SD. Itu pun saat sudah kembali pindah ke Bekasi.


Yang paling saya ingat dari kaset ini adalah momen ketika saya dan Pandu biasa bergaya memainkan lagu-lagunya bagai di atas panggung, padahal kami cuma loncat-loncat di atas kasur. Pandu ceritanya jadi gitaris dan dia memperagakannya dengan raket bulu tangkis. Saya seringnya jadi yang main bass atau rhythm gitar, jadi saya biasanya menggunakan gebukan kasur. Kasihan ya?



3) Kaset Kiss (entah album live yang mana)
Kalau yang satu ini, kaset hadiah dari salah satu majalah remaja pria saat saya SMP. Ceritanya, saya iseng ikutan kuis yang salah satu hadiahnya adalah kaset konser Kiss. Semacam album The best of tapi saat main live gitu deh. 

Eh, tahu-tahu dua minggu kemudian, nama saya ada di daftar pemenang kuis. Dua hari kemudian kasetnya saya terima sepulang sekolah, dikirim via pos. Lumayan senang juga sih, menang kuis. Namun kesimpulannya, meski saat SMP cukup sering dengerin kasetnya, saya akhirnya sadar, saya bukan (dan takkan jadi) penggemar Kiss hehehe. Kaset ini mungkin ‘manis’ karena faktor menang kuisnya saja. Dulu sempet sih, sok-sokan meniru lidahnya Gene Simmons saat sedang bercermin. Yah maafin ya, namanya juga anak SMP.



4) Kaset Kompilasi ”Saturday Morning Cartoon Greatest Hits”
Ini kaset yang amat berkesan karena yang pertama kali saya beli dari tabungan uang jajan.

Kelas enam SD, saya ‘ditarik’ orang tua untuk kembali bersekolah di Bekasi. Setelah pindah lagi ke Gang Gamprit, saya kembali bermain dengan banyak teman-teman semasa kecil. Di antaranya adalah Danil dan Bowo (kelak mereka membentuk The Porno bersama saya dan Pandu), Agus, Seno, dan adik si Seno, Didit. Kecuali Bowo, mereka ini rata-rata seumuran dengan saya, alias juga berada pada usia “mengumpulkan banyak kaset serta mulai belajar main gitar”. Saya tentu tidak mau kalah. Saya harus punya koleksi kaset! Jadi, tiap hari saya mulai mengumpulkan sisa uang jajan dengan membawa makan dan minum dari rumah. Meski saat itu ongkos angkot untuk pelajar/anak SD (seingat saya) masih Rp100, tapi cukup berat juga perjuangannya.

Akhirnya uang pun terkumpul dan saya pergi ke Pasar Pondok Gede untuk membeli kaset (dengan kewaspadaan tinggi, saat itu palak-memalak sedang jaman-jamannya). Hari itu saya begitu yakin untuk membeli kaset kompilasi ini dan tidak sabar untuk pamer ke anak-anak tadi. Beberapa lagu yang paling saya ingat adalah “Popeye the Sailor Man” dari Face to Face, “Open up Your Heart (and Let the Sunshine in)” dari Frente, “Gigantor” dari Helmet, dan “Spider-Man” dari The Ramones. Seru juga sih albumnya kalau dipikir. Sayang, kaset ini juga hilang nggak tahu kemana.. :(

https://www.discogs.com/Various-Saturday-Morning-Cartoons-Greatest-Hits/release/381120



5) Kaset Rumahsakit Album Pertama
Saya beli kaset ini saat kelas tiga SMP, di sebuah toko kaset di Pasar Pondok Gede. Saya sudah lupa nama tokonya, pokoknya berlokasi di seberang tangga samping McDonald’s Ramayana Robinson, Pondok Gede. Sekarang toko ini sudah berubah jadi toko pakaian.


Masih terekam dengan jelas siang itu. Saya pulang bersama-sama gerombolan teman SMP. Ramai-ramai kami lewat area Pasar Pondok Gede dan melewati toko kaset tersebut. Sudah pasti beberapa dari kami mampir dong. Saya memang sudah menargetkan untuk membeli kaset album pertama Rumahsakit ini sejak melihat iklannya di sebuah majalah remaja. Karena kebetulan saat itu saya bawa uang tabungan (untuk jaga-jaga), langsung deh saya beli. Semua teman saya pun bertanya, “Lo beli kaset apaan dah? Rumahsakit? Apaan dah itu? Beli yang enak kek yang bisa gua minjem, dsb, dst”. Ya, saya sih cuma bisa nyengir. Bingung juga jelasinnya gimana.


Hebatnya adalah kaset ini masih ada sampai sekarang. Tersimpan rapi di box bersama kaset-kaset saya yang lainnya. 

Seingat saya, dulu ada kuis dari manajemen Rumahsakit di sleeve kaset ini. Di bagian ujung, ada slot biodata kita untuk diisi lalu dikirim ke mereka via pos. Hadiahnya (kalau nggak salah) adalah merchandise untuk beberapa sejumlah pengirim pertama (saya lupa jumlah tepatnya). Saat itu saya juga ikut mengirimnya! Tapi nggak menang, sih... Kasihan.